Entah kapan kita bertemu
Mungkin kah dalam mimpi ?
Mimpi ku ? mimpi mu?
Aku berhutang kepada-Mu, ‘terima kasih telah mempertemukan kami’.
Hai!
Mungkin kamu ingat?
Ketika MOS kamu salah kelas?
Ketika itu pula, aku merasa pernah melihat mu,
Jauh sebelum ini…
Berani pun tidak aku menyapamu?
Lorong kelas selalu menjadi alasan ku
Cukup memandangmu
Dan terus mengikuti senyummu, tanpa kau tahu
Aku yang dulu memang tak kamu kenal
Bahkan, aku mengikuti organisasi yang kamu sukai
Namun, aku lebih terkenal sebagai anak tongkrongan
Ya itulah aku, tapi sekarang jauh berbeda…
Bunga itupun menemukan kumbangnya
Lebah ini pun tak bisa mendekatinya
Bahkan bingung, sedikit menyapa pun tak mampu
Sampai, Lebah pun jatuh di bunga lain demi menghilangkan rasa sakitnya
Ya, lebah itu aku
Maaf karena memberikan waktu ku untuk dia
Tapi ini karena aku sakit
Sakit melihatmu dengan dia, dan aku pun tak mengerti pikiranmu
Musim pun berganti, dan terus berganti
Lebah telah meninggalkan bunga baru itu
Lebah itu mulai memperbaiki diri
Dan akhirnya bunga lama menyapa lebah itu
Aku sangat suka pribadi mu
Tak mengerti, pasti kau pun bingung.
Tapi aku pastikan ini sungguh-sungguh
Andai saja kau mengerti perasaan ini.
Jika kesempatan itu datang,
Aku tak akan menyiakannya
Ibu pemuda ini pun sangat senang jika
Kau menjadi rekan dakwah ku
Tak hanya di dunia,
Kau akan jalan disampingku?
Kita syiarkan agama ini, bersama mereka
Ya… peri-peri kecil yang menjadi da’i nantinya
Ku harap kau bersedia menunggu…
Lebah ini yang tertua diantara saudara-saudaranya
Mereka masih perlu belajar dan lebih membutuhkan waktunya
Perlukah ku membuat proposal?
Menurut Ibu ku hal itu tak perlu
Jika kau yang tercipta oleh-Nya untuk menemaniku
Sebagai rekan hidupku
Cukup memperbaiki diri dan berdo’a
Sampai bertemu, aku selalu menantimu, dalam do’a kuĀ
Entah Dia menjadikanmu untuk ku sebagai teman atau apapun