Ar-Rum ayat 40

“Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezeki, kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali). Adakah di antara yang kami sekutukan dengan Allah itu yang dapat berbuat sesuatu dari yang demikian itu? Maha Sucilah Dia dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan.”

Efek murajaah di tengah Moeslem winter camp, Smardzewice, Poland.

Pentingkah hari Ibu?

Eits… baru lihat judul sudah berani judging seseorang? Itulah fenomena yang sering terjadi di kalangan millenial. Antusias baca tinggi namun daya baca rendah. Kok bisa? Banyak yang sering dan ingin membaca buku, berita, text, dsb. Namun ketika melihat kuantitas teks yang panjang langsung skip bacaan tsb.

let28453C76-2885-44B2-AFA9-5F07293078A3‘s begin…

Pertama, gue akan membedakan konteks post ini dengan kalian yang sudah ditinggalkan orang tua dan yang masih memiliki orang tua lengkap.

Untuk yang masih memiliki kedua orang tua. Berapa usia kalian? sadarkah kita disepanjang umur yang kita miliki, orang tua selalu memberikan sesuatu yang spesial seperti pelukan hangat, pakaian, masakan ketika kalian pulang, lingkungan yang nyaman, spesialnya hal-hal tsb tidak mereka berikan eventually tapi rutin dan bahkan tanpa diminta, terutama doa mereka untuk anak-anaknya agar selalu sukses.

Gue anggap kita satu generasi kelahiran 90-an. Dimana jika sekarang 2018, kita berumur 25-an. Berarti selama itu pula hal spesial dari orang tua untuk kita tak pernah terputus. Eits… lupa kah kita yang sudah bersemayam di rahim Ibu (wanita spesial) selama (lebih kurang) 9 bulan. Mungkin kalian belum tahu bahwa Allah SWT meniupkan ruh kepada calon manusia di kandungan berumur (lebih kurang) 80 hari.

Capture

Referensi hadis tsb menurut gue cukup sebagai bukti untuk menjelaskan konsep perjalanan calon manusia: “Sesungguhnya salah seorang diantara kalian dipadukan bentuk ciptaannya dalam perut ibunya selama empat puluh hari (dalam bentuk mani) lalu menjadi segumpal darah selama itu pula (selama 40 hari), lalu menjadi segumpal daging selama itu pula, kemudian Allah mengutus malaikat untuk meniupkan ruh pada janin tersebut, lalu ditetapkan baginya empat hal: rizkinya, ajalnya, perbuatannya, serta kesengsaraannya dan kebahagiaannya. [HR Bukhari & Muslim dari Abd bin Mas’ud ra]”.

Serta taukah kalian kalau proses melahirkan adalah sebuah moment yang dapat membuat kebahagiaan dapat pula membuat kesedihan. Perjuangan Ibu melahirkan kita ke dunia ini dengan mempertaruhkan nyawa mereka. Namun, kelahiran kita ke dunia ini disambut dengan rasa bahagia yang tak terhingga oleh mereka.

Sepanjang usia kita, pernah kah kita membuat mereka menangis, kecewa atau dengan hal kecil seperti mengucap kata “ah”? Kita memberikan sesuatu yang spesial, bunga, hadiah, ucapan sayang, doa dsb [entah tulus atau formalitas] hanya di 22-12 setiap tahunnya bahkan hanya untuk sejumlah like di instagramfacebook atau media sosial lainnya? Dan apakah Ibu kita perlu pengakuan itu? jawabannya “tidak”. Karena mereka tahu bahwa rasa sayang, rasa bangga mereka terhadap kita itu tidak setahun sekali.

Hey kalian… memohon ampun dan ber-istigfar-lah jika hanya sebatas like yang kau butuhkan. Sepertinya kalian sudah bisa menyimpulkan. Bersedihlah jika kalian masih memiliki orang tua namun tidak bisa mengambil atau mendapatkan pahala dari keberadaanya mereka selama di dunia.

Kedua, untuk kalian yang telah ditinggalkan. Tenang dan bersabarlah serta jangan mendo’akannya secara eventually, karena semasa hidup mereka selalu melakukannya tanpa diminta bahkan setiap detiknya di kehidupan mereka adalah untuk memastikan anak-anaknya selalu aman, sukses, sehat dsb. Bersedihlah jika kalian hanya mengingat dan mendo’akan mereka eventually. Gue kasih tips agar orang tua kalian bangga walaupun mereka telah tiada. Jadilah anak yang baik dan tau berbalas budi. Karena amal dari anak soleh untuk orang tuanya itu tanpa hijab (penghalang). Hal paling minim adalah terus mengikuti apa yang Allah SWT perintahkan dan menjauhi larangannya. Jika kita tidak mengikuti tata aturan yang dibuat oleh Dia, maka orang tua kita yang telah wafat akan sangat kecewa.

Kalian pasti familiar dengan do’a ini

“Rabbana ighfir lee waliwalidayya walilmumineena yawma yaqoomu alhisabu” – Yaa Allah, ampunilah hamba dan orang tua-ku serta (semua) orang-orang yang beriman, dimana pada hari kiamat akan didirikan [Qur’an 14:41]; serta

“Rabbi irhamhuma kama rabbayanee sagheeran” – Ya Allah, berilah selalu rahmat untuk kedua orang tua-ku karena mereka telah membesarkan hamba [Qur’an 17:24].

Dan terkahir gue akan berbagi doa ini untuk kalian

اللهم ارحم أمي كمارحمتني صغيرا

اللهم اسعد أمي كمااسعدتني كبيرا

اللهم تقبل من أمي أعمالها صغيرهاوكبيرها

اللهم اجعل أمي من الدين لاخوف عليهم ولاهم يحزنون

وأكرمها بالفردوس الا علي من الجنتي ياكريم 

Yaa Allah kasihanilah Ibuku seperti beliau mengasihiku sewaktu kecil

Yaa Allah bahagiakanlah Ibuku seperti beliau membahagiakanku ketika sudah besar

Yaa Allah terimalah amalan Ibuku dari mulai yang kecil maupun yang besar

Yaa Allah jadikanlah Ibuku dari bagian mereka yang tidak ada rasa takut padanya dan juga tidak ada rasa sedih padanya

Yaa Allah muliakanlah Ibuku dengan surga firdaus yang paling tinggi, Yaa Allah wahai Pemurah Hati.

Ingat… waktu terus berlalu, setiap orang menuju ke liang lahatnya [termasuk gue]. Tinggal siapa yang lebih dahulu dan pada saat itulah penyesalan tidak ada manfaatnya.

Yuk… Tunjukkan bakti kita sekarang juga dan terus mendo’akan mereka terutama untuk yang telah tiada.

Kesimpulannya, hari Ibu atau hari-hari lainnya opini gue “ga penting” karena berbakti dan menunjukkan kasih sayang kita kepada orang tua jangan menunggu hari Ibu.